Dunia digital merupakan industri yang akan terus naik daun dalam beberapa tahun mendatang. Perkembangan teknologi yang kian pesat akan terus menghasilkan karya-karya yang lebih menarik dan menghibur.
Kehausan akan informasi setiap harinya inilah yang menjadi faktor pendorong utama dalam perkembangan produksi konten. Kebutuhan asupan konten mungkin sudah bisa disamakan dengan kebutuhan primer seseorang.
Saking mudahnya kita dalam mengakses informasi melalui gawai, membuat pertumbuhan konten akan semakin menjanjikan.
Sebagaimana yang kita tahu "Content is The King", konten adalah segalanya. Pusat perhatian utama di dunia digital adalah konten. Barangsiapa yang mampu menawarkan konten terbaik mereka, merekalah yang akan memenangkan pasar digital.
Betapa tidak, jumlah pengguna internet di Indonesia berdasarkan data dari Menkominfo tahun 2019 adalah sekitar 175 juta jiwa. Berarti hampir 64% penduduk di Indonesia adalah konsumen dari konten-konten digital ini. Suatu pasar yang sangat menjanjikan bukan.
Tetapi salah satu hal yang ingin saya soroti adalah mengenai keberadaan konten lokal.
Sudah berapa banyak konten-konten lokal karya anak bangsa yang sudah dikenal oleh masyarakatnya sendiri? Apakah konten lokal sudah mampu bersaing dengan konten-konten dari luar?
Sebelum itu mari kita membahas mengenai apa itu konten.
Konten menurut KBBI adalah informasi yang tersedia melalui media sosial atau produk elektronik. Jadi bisa dilihat bahwa segala hal yang kita dapatkan dari menonton televisi, mendengarkan radio dan menelusuri internet itu semua adalah konten.
Lalu apa saja jenis bentukan konten yang ada di dalam dunia digital ini?
Saya mencoba mengklasifikasikannya kedalam daftar berikut.
Jenis-jenis Konten dalam Dunia Digital
1. Desain grafis
Konten seperti ini berbasiskan visualitas. Memberikan informasi dalam bentuk gambar atau ilustrasi.
Sebagai contoh media sosial yang sangat populer untuk menyajikan dan membagikan konten dalam bentuk foto adalah instagram. Tujuan dari platform tersebut adalah membagikan informasi kepada publik melalui gambar.
Dengan berbagai macam tujuan tentunya, entah itu sebagai tempat ekspresi diri, wadah berbagi informasi baru atau bahkan tempat mempromosikan usaha dan produknya.
Media komunikasi semacam ini haruslah mampu memanjakan serta menarik perhatian jika memang ingin bernilai lebih di mata orang banyak.
2. Tulisan
Artikel ini adalah salah satu contoh dari konten berbentuk tulisan. Blog & website menjadi tempat para pembuat konten yang ingin membagikan informasi melalui untaian kata.
Proses pembawaan konten digital dalam bentuk tulisan biasanya tidak setara dengan tulisan-tulisan resmi atau tulisan dalam bentuk buku dan semacamnya.
Mengingat tujuannya adalah memberikan informasi semenarik mungkin pada orang banyak ditengah melimpahnya informasi lain yang juga bersaing untuk bisa dibaca.
Jadi otomatis kontennya haruslah unik dan punya gaya bahasa yang nyaman pada para penggunanya. Istilah kerennya human friendly lah ya, mungkin anda juga sudah pada tahu
3. Audio
Nah kalau dua jenis konten tadi bisa dinikmati dengan cara dilihat, selanjutnya ada pula tipe konten yang dinikmati lewat suaranya.
Kalau dulu mungkin konten-konten audio ini disalurkan melalui radio. Sebuah sumber informasi yang pernah berjaya di masanya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, popularitas radio pun tergusur. Berkembangnya televisi menggeser pasar informasi . Radio mulai ditinggalkan, menjadi kurang eksis.
Namun dengan munculnya teknologi internet, konten-konten audio mulai kembali menunjukkan eksistensinya. Bisa dilihat dengan menjamurnya podcast-podcast yang membahas berbagai topik. Pasti anda juga sudah tahu sendiri bagaimana trennya.
Pengelola radio pun berinovasi dengan mengudara lewat internet dengan tetap memberikan informasi via suara. Jadi konten audio masih punya potensi untuk berkembang dengan proses digitalisasi.
4. Video
Jenis selanjutnya adalah gabungan antara audio dan visual. Kombinasi ini melahirkan produk yang lebih informatif.
Dan memang benar, setelah melihat video biasanya akan lebih tergambarkan dengan baik bagaimana informasinya atau juga menjadi tercerahkan dalam memahami sesuatu dibanding hanya membacanya atau hanya mendengarkanya.
Walaupun sebenarnya hal ini bergantung dari kemampuan / kecenderungan masing-masing orang tetapi untuk saya sendiri biasanya merasa seperti itu, terkadang lebih paham ketika sudah melihat video.
Contohnya ketika kita butuh informasi tentang tutorial memasak. Sudah barang pasti dengan melihat sekaligus mendengarkan penjelasannya, anda akan lebih mudah untuk ikut mencoba mempraktekannya.
Maka dari itu, konten dalam bentuk video biasanya dibuat untuk bisa mendeliver informasi kepada khalayak ramai dalam kemasan yang lebih menarik dan informatif.
5. Aplikasi
Tipe konten semacam ini sebenarnya saya rasa merupakan gabungan dari beberapa jenis konten diatas. Dan juga mengandung tipe konten yang lebih advance tentunya dalam dunia digital.
Tidak hanya terbatas pada aplikasi saja sebenarnya ya, game ataupun sebuah sistem manajemen berbasis cloud pun saya rasa juga termasuk dalam tipe konten semacam ini.
Karena sudah banyak rasanya para pegiat dunia digital yang mengembangkan bisnis mereka yang disebut start up berbasis teknologi pada bidang apapun.
Hampir semua aspek kehidupan saat ini sudah tersentuh dengan kemajuan teknologi. Contohnya aplikasi belajar online, aplikasi penyertaan modal untuk UMKM atau bahkan aplikasi-aplikasi yang berbasis pertanian perikanan dsb.
Pertumbuhan konten berbasis aplikasi seperti ini masih sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut
Definisi konten lokal
Menurut saya yang disebut dengan konten lokal itu ialah konten yang dibuat oleh anak bangsa. Atau bisa juga konten yang isinya sesuai dengan kearifan lokal, mengangkat tema tentang kebudayaan dan atau kesenian lokal
Saya tidak ingin secara eksplisit menyebutkan brand nya karena saya yakin anda pasti juga sudah mengenal beberapa content creator lokal yang andal.
Anda pun yang sedang menggeluti dunia blogger saat ini dan juga rutin membuat konten sudah dikatakan menjadi konten kreator lokal yang pastinya juga menghasilkan konten-konten lokal.
Terlebih bagi anda para blogger yang juga mengangkat niche tentang budaya atau tempat wisata lokal. Menurut saya itu adalah salah satu contoh nyata produk konten lokal yang juga akan membantu promosi budaya lokal tersebut.
Realita
Anda sudah pasti pernah mendengar istilah globalisasi. Sebuah proses integrasi yang menghubungkan seluruh dunia dengan mudahnya pertukaran informasi antara satu sama lain.
Karena kemudahan itulah mengapa kita bisa bisa dibanjiri oleh berbagai macam konten dari seluruh dunia.
Saya ingin mencoba mengaitkannya dengan berita di media massa beberapa waktu yang lalu mengenai keberadaan konten lokal.
Ini terkait dengan salah satu platform streaming yang saya yakin juga sudah cukup dikenal di masyarakat.
Berita-berita tersebut menjelaskan bahwa kementerian terkait yang memiliki wewenang untuk mengurusi hal seperti ini, teknologi dan dunia digital, yaitu Menkominfo sempat meminta platform tersebut untuk memperbanyak konten-konten film atau serial lokal.
Beberapa waktu kemudian, di masa pandemi yang semakin menjadi. Ketika para siswa tidak bisa pergi belajar ke sekolah semestinya. Kegiatan belajar mengajar pun dialihkan ke dalam bentuk daring (online).
Kementerian terkait pun mencoba mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan program kerja sama dengan platform yang sama untuk menayangkan konten-konten film dokumenter untuk menunjang program Belajar dari Rumah.
Kedua hal tersebut memicu pro dan kontra pastinya. Karena di satu sisi masyarakat yang sudah familiar dengan konten tersebut jelas mendukung karena merasa mereka memang layak dan dikenal sebagai penyedia konten berkualitas.
Sedangkan di satu sisi program tersebut juga bisa memperkecil eksposure konten-konten lokal kita, semakin tenggelam diantara konten-konten luar yang masih dianggap lebih berkualitas dan lebih menarik.
Namun beberapa waktu yang lalu muncul konten lokal yang viral dari media sosial. Konten ini berbentuk film pendek yang berjudul "Tilik". Film pendek ini sangat kental dengan budaya ibu-ibu pedesaan Jawa yang dikemas sedemikian rupa sehingga memicu perbincangan di media sosial.
Karena topik yang diangkat sangat berkaitan dengan isu sosial yang hangat masa kini, apalagi kalau bukan masalah nyinyir film pendek ini menjadi viral sekali.
Dari keviralan ini sang pembuat film pendek pun menjadi terekspos kepada khalayak ramai dan ternyata kreatornya sudah banyak menghasilkan konten-konten lain sebelumnya. Ini membuktikan kalau kreator lokal pun sebenarnya juga sudah punya banyak karya.
Fenomena seperti inilah yang harus selalu kita lakukan, yaitu mendukung dan setidaknya membantu memviralkan konten-konten lokal karya anak bangsa kita. Jangan terus terkungkung pemikiran kalau konten-konten lokal identik dengan cerita-cerita picisan yang tidak mengandung makna atau tidak ada faedahnya.
Nah stigma semacam ini lah yang harus dihilangkan, karena kalau terus dibiarkan begini apresiasi masyarakat terhadap konten-konten lokal akan semakin sulit.
Masyarakat jadi kurang sadar kalau sebenarnya masih banyak konten kreator lokal yang memiliki kualitas yang mumpuni dan mampu menghasilkan konten yang serupa dan malah berbasiskan konten yang bersifat lokal.
Oleh karena itu, dimulai dari diri kita sendiri yang juga sama-sama merupakan konsumen dari produk-produk dunia digital. Sudah sepatutnya kita mendukung penuh dan ikut mempromosikan konten-konten buatan lokal. Kalau boleh jujur konten-konten lokal juga tidak kalah menarik ketimbang konten buatan luar. Hanya saja karena yang beredar di pasaran kebanyakan adalah konten luar ya wajar saja kalau konten buatan lokal menjadi tenggelam dari permukaan.
Dengan ikut mendukung, membagikan dan meramaikannya bukan tidak mungkin konten lokal akan menjadi viral. Tidak perlu muluk-muluk harus viral di seluruh dunia, viral di Indonesia sendiri saja rasanya itu sudah menjadi prestasi yang wah mengingat besarnya jumlah penduduk Indonesia yang bersinggungan dengan dunia internet.
Selain itu pesan saya sebagai sesama konten kreator jangan malah saling menjatuhkan antara satu sama lain. Kalau ingin berkompetisi, berkompetisilah secara positif. Saling berbagi ilmu bagaimana cara untuk bisa menghasilkan konten yang original dan menarik perhatian pengguna internet. Dengan begitu jumlah konten lokal yang mengedar dalam dunia digital Indonesia akan semakin meningkat.
Karena ekosistem dunia digital lokal tidak akan bisa lestari dan berkembang meluas kalau antara satu sama lain saling sikut-sikutan.
Mari buktikan pada dunia kalau kita juga punya banyak stok konten kreator yang andal dan kreatif yang siap menghasilkan konten-konten berkualitas.Maju bersama demi kemajuan dunia digital Indonesia!
Nah buat anda para konten kreator yang bergerak di bidang blog/website. Saya punya rekomendasi nih salah satu penyedia web hosting dan domain yang sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun di Indonesia, siapa lagi kalau bukan Indowebsite. Fitur-fitur yang ditawarkan sangatlah cocok untuk anda yang ingin mengembangkan blog/website. So tunggu apa lagi langsung saja kunjungi Indowebsite untuk mulai mendapatkan hosting atau domainnya.
Dengan begitu anda sudah ikut berkontribusi dan menerapkan prinsip dari lokal, oleh lokal dan untuk lokal dalam konteks dunia digital
Yuk mari kita sama-sama mendukungnya content creator lokal agar bisa bersaing di kancah internasional!
BalasHapushayuukk!
HapusBener banget sih kalo "Content is The King". Mau gak mau kita harus mengoptimalkan konten dengan sebaik mungkin. Memberikan informasi yang lengkap, jangan nanggung hehe
BalasHapusbetul, ini prinsip yang harus selalu dipegang sebagai orang yang berkecimpung dengan konten
HapusBaca artikel ini jadi agak salfok sama wilayah beauty and fashion. Saat ini fashion dan beauty brand lokal dan dari anak bangsa sendiri mulai berkembang. Semoga teknologi dan segala hal di negeri ini semakin berkembang dan dicintai.
BalasHapusSemakin banyak pengguna Internet pun, semakin banyak juga content creator baru yang muncul. Semakin susah pula bersaing dalam menghasilkan konten yang sesuai dengan keinginan pengguna
BalasHapusBetul. Kalau mau bersaing ya mau tidak mau kontennya harus unik dan menarik
HapusSemakin bagus kontennya. Pengunjung semakin betah.
BalasHapusMemasuki industri 4.0 , konten visual berupa video pasti banyak diminati kaum milenial. Dampak buruknya konten berupa blog/website sedikit tersingkirkan. Masyarakat kita lebih seneng melihat dari pada berfikir dan membaca. Maklum masyarakat tergolong tersantuy di dunia.hehe
BalasHapusWaduh gimana ya, kalo masalah ini sih sangat disayangkan ya haha. Apalagi buat kita nih para blogger yang konten utamanya kan pasti dalam bentuk tulisan. Tantangan buat kita untuk membuat konten yang menarik dan mudah dikonsumsi
HapusPernah dengar Anime Battle of Surabaya? Garapan grafis yang apik dan visual yang ciamik, tetapi justru terkenal di dunia animasi luar, bahkan ada isu yang mengatakan hak cipta dibeli luar. Namun, masih isu. Negara kita kemana? Karya anak bangsa ini sebenarnya berkualitas. Inilah sebenarnya polemik yang terjadi di negeri ini.
BalasHapusNice share gan, cuma sekadar menyampaikan aspirasi.
Saya pernah dengar tapi belum menonton full. Karena ya memang rasanya sangat jarang gitu yang menggaungkannya.
HapusYa begitulah jadinya, karya lokal akan terus tenggelam dibawah konten-konten dari luar